Sejarah Hari Ibu ditandai dengan penyelenggaraan Kongres Perserikatan Perempuan Indonesia yang pertama pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta, yang memutuskan berdirinya organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI), yang pada tahun 1929 berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935 dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II di Bandung dan tahun 1938 dilaksanakan kongres yang ke-3 di Bandung. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari Nasional yang bukan Hari Libur, pemerintah menetapkan bahwa tanggal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur.
Pada tahun 2012 ini, tanggal 22 Desember jatuh pada hari Sabtu sehingga peringatan Hari Ibu ke-84 tahun 2012 dilaksanakan pada Selasa, 18 Desember 2012. BPK RI Perwakilan Provinsi Papua turut serta memperingati Hari Ibu dengan menyelenggarakan upacara bendera. Sesuai dengan moment-nya, maka yang menjadi petugas upacara kali ini seluruhnya adalah pegawai perempuan. Emilia Tri Tani, yang bertugas sebagai Komandan Upacara memimpin jalannya upacara. Bertindak selaku Inspektur Upacara adalah Bapak Dori Santosa, S.E., M.M. Upacara diawali dengan pengibaran bendera Sang Merah Putih yang diiringi dengan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan secara khidmat oleh seluruh peserta upacara dipandu oleh dirigen, Wendelina Paulina Faubun.
Pada kesempatan ini, Inspektur Upacara membacakan sambutan dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa tema peringatan Hari Ibu tahun ini adalah “Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Menuju Kesejahteraan Bangsa”. Melalui tema ini, diharapkan agar semua pihak dapat terus berjuang meningkatkan peran aktif dalam membangun bangsa, membangun kesejahteraan, dan menjalin hubungan yang erat dengan berbagai bangsa di dunia baik regional maupun internasional. Disampaikan pula, bahwa perjuangan untuk mewujudkan kemajuan dan pemajuan kaum perempuan Indonesia belum berhasil sepenuhnya, sebab sampai saat ini kita masih melihat kaum perempuan Indonesia sebagai objek pembangunan bukan subjek pembangunan. Oleh karena itu, perempuan Indonesia harus dilihat sebagai asset pembangunan yang potensial untuk mengisi dan membangun hari depan Indonesia yang lebih baik. Pada akhir sambutannya, beliau mengajak seluruh pihak untuk:
- Meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi perempuan dalam mengambil keputusan;
- Meningkatkan peran perempuan dan laki-laki dalam membangun ekonomi kreatif yang berwawasan lingkungan;
- Meningkatkan peran laki-laki dan keluarga dalam penghapusan diskriminasi dan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak;
- Membangun kesehatan masyarakat yang berkeadilan.
Selamat Hari Ibu! Merdeka Melaksanakan Dharma.(sm)