Kabupaten Kepulauan Yapen

Kabupaten Kepulauan Yapen memiliki luas wilayah 7.145,65 Km2 dari luas wilayah Provinsi Papua yang terdiri dari Luas Wilayah Daratan 2.432,49 Km2 dan Luas Wilayah Perairan 4.713,16 Km2. Kabupaten Kepulauan Yapen terletak antara bujur timur 134 46 – 137 54 dan lintang selatan 01 27 – 02 58 dengan wilayah administratif berbatasan dengan Kabupaten Biak Numfor di sebelah utara, Kabupaten Manokwari di sebelah barat dan bagian timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Waropen. Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Yapen  2021 sebanyak 114,210 orang yang tersebar di 160 kampung dan 5 kelurahan yang dibagi menjadi 16 distrik.

Perekonomian daerah Kepulauan Yapen dominan bergantung pada sektor kehutanan. Luas hutan yang bisa dieksploitasi sekitar 880.000 hektar yang meliputi hutan produksi, produksi terbatas, dan hutan produksi yang dapat di konservasi. Produksi hasil hutan Kepulauan Yapen berupa kayu bulat dan kayu olahan. Hasil hutan ikutan lain yang peroleh penduduk adalah rotan, damar, kulit masohi, gaharu dan nipah. Pemasaran kayu bulat dikirim ke Kalimantan, Surabaya, Semarang dan Jakarta. Sedangkan produk kayu olahan lain dipasarkan ke Surabaya, Jepang, dan juga Australia.

Selain itu, dengan potensi sumber daya hutan yang ada, usaha di sektor industri pengolahan kayu dapat menjadi sumber penggerak perekonomian kabupaten ini. Kekayaan hutan sebenarnya bukan pada kayu semata. Di hutan Pulau Yapen terdapat lima jenis burung Cenderawasih. Spesies khas Pulau Papua ini sudah menjadi obyek wisata lingkungan yang terkenal. Bahkan di Desa Barawai, Yapen Timur, dijumpai burung Cenderawasih Raja yang berukuran besar dan sangat indah. Sektor pariwisata juga bisa dikembangkan mengingat potensi budaya seperti tradisi, upacara dan tarian tradisional yang melekat dalam kehidupan keseharian suku-suku di sini yang mampu memikat wisatawan.

Di sektor perkebunan, cokelat menjadi tanaman primadona penduduk. Cokelat menjadi salah satu komoditas potensial Kepulauan Yapen yang sudah dikembangkan sejak zaman Kolonial Belanda. Daerah ini terus dikembangkan tanaman cokelat dan diprioritaskan menjadi penghasil cokelat di Papua. Urutan kedua setelah cokelat adalah kelapa rakyat. Kelapa tersebut sebagian besar memang tumbuh secara alami di hutan dan pantai, bukan sengaja ditanam oleh penduduk