Kabupaten Mimika

Awalnya Mimika merupakan sebuah kecamatan dari wilayah administrasi Kabupaten Fakfak, berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1996, Kecamatan Mimika ditetapkan sebagai Kabupaten Administratif, kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, Mimika menjadi Kabupaten Otonom.

Kabupaten Mimika memiliki luas sekitar 21.693,51 km² dengan topografi dataran tinggi dan rendah. Kabupaten Mimika sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Paniani dan Puncak Jaya, sebelah Selatan Laut Arafuru, sebelah Timur Kabupaten Merauke dan sebelah Barat Kabupaten Fakfak. Mimika didiami oleh tujuh suku, dua suku asli yaitu Amungme yang mendiami wilayah pegunungan dan Kamoro di wilayah pantai. Selain kedua suku tersebut masih ada lima suku kekerabatan yaitu, Dani/Lani, Damal, Mee, Nduga dan Moni. Kabupaten ini terbagi menjadi 18 kecamatan dengan Timika sebagai ibukota kabupaten.

Timika mempunyai rata-rata suhu udara minimum di wilayah Mimika selama setahun 2021 sebesar 20,00°C. Sedangkan rata-rata tekanan udara minimum di wilayah Mimika selama tahun 2021 sebesar 1.008.6 Mbs dan maksimum 1.012,2 Mbs. Kelembaban udara dikabupaten mimika rata-rata sebesar 86,67% dengan kelembaban tertinggi pada bulan Juli.Curah hujan tertinggi di kabupaten Mimika tahun 2021 terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 933 mm dan terendah pada bulan Mei sebesar 305,6 mm.

Kabupaten Mimika yang beribu kota di Timika, terletak antara 134°31′-138°31’Bujur Timur dan 4°60′-5°18′ Lintang Selatan. Jumlah penduduk pada tahun 2021 sebesar 316.295 jiwa (Mimika Dalam Angka 2021)

Kabupaten Mimika menjadi kabupaten terkaya di Provinsi Papua. Diawali dari sebuah pegunungan Ertsberg setinggi lebih dari 1.000 meter di atas hutan tropis Papua, tepatnya Kecamatan Tembagapura, tersembunyi kekayaan mineral yang sangat besar. Potensi bahan tambang di kabupaten ini, untuk tembaga menjadi cadangan terbesar ketiga di dunia, sedangkan emasnya sendiri menjadi yang terbesar di dunia. Eksploitasi emas di kabupaten ini dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. Masuknya perusahaan bermodal asing pertama di Indonesia membuka keterisolasian daerah yang dikelilingi hutan, perairan, dan pegunungan ini. Infrastruktur terbangun dengan keberadaan kota modern, lapangan terbang, pelabuhan laut, dan fasilitas jalan. Lapangan kerja pun cukup terbuka meski tidak seratus persen menyerap penduduk lokal. Kekuatan perekonomian Mimika sampai saat ini dan tahun-tahun mendatang sepenuhnya bergantung pada pertambangan. Setidaknya sampai kontrak karya kedua antara PT Freeport dan Pemerintah Indonesia berakhir, cadangan bijih tambang Gransberg 2.6 miliar ton di areal 202.950 hektar sanggup menggerakkan perekonomian daerah.

Hambatan Pelaksanaan Audit

Keamanan wilayah ini merupakan isu yang sering diangkat media massa karena di kabupaten Mimika sering terjadi pertikaian, baik pertikaian antar suku dan aksi pergerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Ini sangat tidak menguntungkan bagi Auditor. Banyak area-area yang disitu di tunggu oleh pihak Freeport, dimana saat masuk Auditor harus selalu menunjukkan surat tugas atau nametag. Sehingga harus bersifat resmi dan kaku.