Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang menjadi saksi sejarah. Di masa Perang Dunia II, ibukota kabupaten ini, yakni Biak pernah digunakan sebagai markas pertahanan pasukan sekutu yang sebelumnya mengalahkan pasukan Jepang di tempat yang sama. Salah satu peninggalan bersejarah yang masih bisa terlihat adalah landasan pesawat terbang Mokmer yang sekarang menjadi Bandara Frans Kaisiepo.
Bandara Frans Kaisiepo terletak di Pulau Biak yang termasuk dalam Kabupaten Biak Numfor. Letak kabupaten ini memang strategis, berada di bagian utara Pulau Yapen di Teluk Cenderawasih. Secara geografis wilayah Kabupaten Biak Numfor berada pada 0°21′-1°31′ LS dan 134°47′-136°48′ BT. Luas wilayahnya 15.124 km² yang terdiri dari daratan seluas 2.602 km² dan 12.522 km² sisanya berupa lautan yang terbagi menjadi 19 kecamatan. Wilayah Kabupaten Biak Numfor berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Kabupaten Supiori di sebelah Utara, Selat Yapen di sebelah Selatan, Provinsi Papua Barat di sebelah Barat, dan Samudera Pasifik di sebelah Timur.
Biak Numfor memang berharap besar dari kekayaan alam yang dimilikinya, khususnya kekayaan alam laut. Hal ini karena kondisi tanah di kawasan ini yang umumnya berupa batu-batu karang sehingga tidak memungkinkan untuk usaha pertanian. Sumber daya alam laut yang kaya akan berbagai jenis ikan memberi prospek cerah bagi usaha perikanan.
Dari keindahan pemandangan alam laut yang dimiliki, Kabupaten Biak Numfor bisa menjual potensi daerahnya lewat promosi pariwisata. Wisata bahari menjadi salah satu pilihan tepat. Setiap pulau di kabupaten ini dikelilingi oleh pantai berpasir putih. Panorama laut yang jernih dan warna-warni terumbu karang yang masih asli bisa menjadi andalan wisata bahari. Obyek wisata lain yang bisa di jual adalah gugusan Kepulauan Padaido dengan keindahan bawah lautnya serta berbagai jenis ikan dan terumbu karang yang berwarna-warni. Selain potensi wisata bahari, masih ada pula wisata sejarah seperti Museum Cenderawasih yang menyimpan koleksi sisa peralatan Perang Dunia II, hingga goa Jepang